1.SECARA UMUM
vAnthracite
vBituminous Coal
vSub Bituminus Coal
vLignit
vPeat (gambut)
ØPenggolongannya menekankan pada kandungan relatif antara unsur C dan H2O yang terdapat dalam batubara.
ØPada Anthracite, Kandungan C relatif tinggi dibanding dgn H2O
ØPada Bituminous dan Peat, kandungan unsur C relatif rendah dibanding H2O
ØPada Bituminous, kandungan unsur C relatif lbh rendah di bandingkan dengan unsur C pada Anthracite.
ØSebaliknya kandungan H2O pada Bituminous relatif lbh tinggi dibanding dengan kandungan H2O pada Anthracite
A. Jenis Anthracite
Warna hitam, sangat mengkilat, kompak; kandungan karbon sangat tinggi; nilai kalor sangat tinggi; kandungan air ,abu dan sulfur sangat sedikit.
B. Jenis Bituminous
Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relatif tingg; nilai kalor tinggi; kandungan air, abu dan sulfur sedikit.
C. Jenis Lignite
Warna hitam, sangat rapuh; kandungan karbon sedikit; nilai kalor rendah; kandungan air tinggi; kandungan abu banyak; kandungan sulfur banyak
2. BERDASARKAN ATAS NILAI KALOR
vBatubara Tingkat Tinggi (high rank) meliputi meta anthracite, anthracite, semi anthracite
vBatubara tingkat menengah (moderate rank), meliputi Low volatile bituminous coal, high volatile coal
vBatubara tingkat rendah (low rank), meliputi sub bituminous coal, lignite
Penggolongan tersebut diatas lebih ditekankan pada nilai kalor yang dihasilkan, selain tetap memperhatikan kandungan unsur C dan jumlah volatile matter yang terdapat didalamnya.
Seperti pada penggolongan yang pertama, apabila batubara dipakai dalam industri, akan dipilih batubara tingkat tinggi, karena akan menghasilkan panas yang cukup tinggi.
qBatubara yang diperoleh dari hasil penambangan pasti mengandung bahan pengotor (impurities).
qPada saat terbentuknya batubara selalu bercampur dengan mineral penyusun batuan yang selalu terdapat bersamaan selama proses sedimentasi, baik sebagai mineral anorganik ataupun sebagai bahan organik
qSelain itu, selama berlangsung proses coalification terbentuk unsur S yang tidak dapat dihindarkan, termasuk keberadaan pengotor dalam batubara hasil penambangan dalam jumlah besar yang selalu menggunakan alat-alat berat
1.Inherent Impurities
v Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara
vBatubara yang sudah dicuci (washing) dan dikecilkan ukuran butirnya/diremuk (crushing) sehingga dihasilkan ukuran tertentu, ketika dibakar habis masih memberikan sisa abu
vPengotor bawaan ini terjadi bersama2 pada waktu proses pembentukan batubara (masih berupa gelly)
v Pengotornya dapat berupa gipsum (CaSO42H2O), inhidrit (CaSO4), pirit ( FeS2), silika (SiO2), dapat juga berbentuk tulang2 binatang
vPengotor bawaan ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali, tetapi dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan, yang biasa dikenal dengan teknologi batubara bersih.
2. External Impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari luar, timbul pada saat proses penambangan, antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan penutup (OB)
Mutu batubara mempunyai peranan penting dalam memilih peralatan yang akan dipergunakan dan pemeliharaan alat, sehingga dalam penentuan mutu/kualitas batubara maka hal yang perlu diperhatikan diantaranya : Heating value, moisture content, ash content, sulfur content, volatile matter, fixed carbon, dll.
Kualitas batubara
1. Heating Value
ØDinyatakan dalam kkal/kg, banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat (dlm kilogram)
ØDikenal nilai kalor net (net calorific value/low heating calorific value), yaitu nilai kalor hasil pembakaran di mana semua air (H2O) dihitung dalam keadaan gas.
ØNilai kalor gross (grosses calorific value dan high heating value) yaitu nilai kalor hasil pembakaran dimana semua air (H2O) dihitung dalam keadaan cair
ØSemakin tinggi nilai HV, makin lambat jalannya batubara yang akan diumpankan sebagai bahan bakar setiap jamnya, sehingga kecepatan umpan batubara (coal feeder)perlu disesuaikan
2. Moisture Content (kandungan lengas)
üJumlah lengas dalam batubara akan mempengaruhi penggunaan udara primer.
üBatubara dengan kandungan lengas tinggi akan memerlukan lebih banyak udara primer untuk mengeringkan batubara tersebut agar suhu batubara pada saat keluar dari gilingan (mill) tetap, sehingga hasil produksi industri dapat dijamin kualitasnya
üLengas batubara ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat dalam batubara baik kandungan air internal (air senyawa/unsur), maupun kandungan air eksternal (air mekanika)
üKandungan air internal air yang terikat secara kimiawi
jenis air ini sulit utk dilepaskan/dihilangkan, tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran butir batubara
üKandungan air eksternal air yang menempel pada permukaan butir batubara
makin luas butir batubara , makin luas jumlah permukaan butir secara keseluruhan, sehingga makin banyak pula air yang menempel
3. Ash Conten (kandungan Abu)
qKomposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur organik (dari tumbuh2an), dan senyawa anorganik yg merupakan hasil rombakan yang ada disekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan.
qApabila batubara dibakar, senyawa anorganik yang ada diubah menjadi senyawa oksida yang berukuran butir halus dalam bentuk abu
qAbu hasil pembakaran tersebut dikenal sebagai ash content (kandungan abu)
qImpurities yang terdapat dlm batubara berperan sangat penting pada kandungan abu batubara.
qApabila batubara ini dipakai utk PLTU, abu yang ada akan terpisah menjadi abu dasar (20%) yang terkumpul didasar tungku dan abu terbang (80%) yg akan keluar melalui cerobong asap.
qSedang apabila batubara dipergunakan sebagai bahan bakar dalam industri semen, abu (dlm bentuk padatan) bercampur dgn klinker, dan akan mempegaruhi kualitas semen yang dihasilkan.
qSemakin tinggi kandungan abu dan tergantung pada komposisinya, akan mempengaruhi tingkat pengotoran udara apabila abu sampai terlepas ke atmosfer, menyebabkan pula terjadi keausan dan korosi pada peralatan yang dilaluinya.
4. Sulfur Konten (kandungan belerang)
ØBelerang dlm bentuk senyawa anorganik dalam dijumpai pada mineral pirit (FeS2 bentuk kristal kubus), markasit (FeS2 bentuk kristal orthorombik), atau dalam bentuk sulfat
ØBelerang organik terbentuk selama terjadinya proses coalification, dapat dioksidasi membentuk sulfat.
ØKeberadaan sulfur dalam batubara akan berpengaruh terhadap tingkat korosi, dan juga berpengaruh pada efektifitas peralatan penangkapan abu. (electrostatic precipitator)